Rabu, 13 Mei 2020

Kisah Guru Inovator Daerah 3T

Berbagi Pengalaman Mengenai Inovasi Pembelajaran di Ajang Nasional

Hari Selasa 12 Mei 2020, Kulwap Belajar Menulis Gelombang 10 kedatangan tamu seorang   guru dan inovator muda, Bapak Arif Darmadiansah, yang sudah sering kali menjuarai Ajang Inovasi Pembelajaran tingkat Nasional. Berikut ini biodata beliau:


Dalam keterbatasan sering kali muncul ide-ide brilian nan inovatif dan kreatif, seperti halnya yang dialami Bapak Arif. Pertama kali mengikuti inobel tahun 2016 itu dari sebuah ide atau gagasan sederhana, yaitu ingin membuat kelas menjadi menarik dan menyenangkan. Karena kualitas pembelajaran kurang optimal dan tiada sarana prasarana yang mencukupi, maka ide inovasi bisa muncul. Dari ide kemudian dipikirkan kira-kira mampu dan bisa tidak diterapkan di sekolah dengan kondisi sekolah yang tidak ada listrik, dan tidak ada sinyal telp ataupun internet.

Dari ide tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah produk yang dapat berupa media, bahan ajar, atau lainnya. Untuk mengikuti kompetisi karya ilmiah, maka ide gagasan yang telah dikembangkan kemudian dituliskan menjadi sebuah karya ilmiah, dapat berupa penelitian tindakan kelas, eksperimen atau pengembangan (R&D).

Bagi bapak/ibu guru yang berminat untuk ikut serta dalam pengembangan karya ilmiah dan berkompetisi dapat mengakses link berikut ini:

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id/&ved=2ahUKEwjnieLbyq3pAhWMf30KHSp1AdgQFjAAegQIBhAD&usg=AOvVaw1mpfWejapwzbEz7nKmAdtc

 

Kisah Pak Arif mengikuti ajang inobel

Minimnya sarana prasarana membuat kegelisahan dan tantangan untuk berbuat lebih baik, sehingga pada tahun 2016 itu terinspirasi dari sebuah proyektor hologram 3d. Ketika ingin menjelaskan invertebrate, anak-anak tidak mempunyai gambaran sama sekali, maka supaya menarik dicoba membuat media yang awalnya terbuat dari mika tutup CD bekas itu, yang dibentuk seperti prisma sebagai tempat hologramnya dan HP android sebagai penayang video atau gambarnya.

Pak Arif menggunakan metode pengembangan atau RnD dalam penelitiannya. Setelah produk jadi, media pembelajaran tersebut dinilaikan ke pengawas sekolah dan hasilnya valid atau layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Setelahnya diujicobakan ke anak dan mendiseminasikan ke teman guru lain, hasil yang didapar minat dan hasil belajar anak meningkat.

Berbeda dengan lomba inobel tahun 2018, karena sudah punya gambaran dan pengalaman sebelumnya, jadi lebih siap dengan apa yang harus dilakukan. Media pembelajaran yang dibuat, diberi nama Millea (Mikroskop lensa laser tenaga surya). Idenya didapat pada saat mau pembelajaran struktur tumbuhan, namun tidak ada mikroskop untuk pengamatan. Padahal biologi 40 persen praktek di lab yang membutuhkan alat salah satunya mikroskop. Media ini juga sederhana, hanya menggunakan HP yang ditambahi lensa laser bekas mainan anak-anak yang biasa dipakai untuk sorot-sorot sehingga perbesarannya bertambah, sudah cukup untuk dapat melihat struktur anatomi tumbuhan. Walaupun belum maksimal namun ada hal baru yang anak dapat.

Dua karya sederhana, yaitu memanfaatkan sarana yang ada dengan ide kreatif dapat menghantarkan pada Ajang Nasional dan mampu memperoleh gelar Juara II pada tahun 2016 dan Juara I pada tahun 2018.


Pesan dan kesan yang saya tangkap dalam materi ini adalah bahwa ide dalam pembelajaran itu dapat beraneka ragam, tergantung dengan kondisi dari sekolah dan peserta didik kita. Maka dari itu sebagai seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam menyikapi kondisi tersebut demi tercipta pembelajaran yang menarik dan bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar