Sabtu, 02 Mei 2020

Pola Belajar di Rumah Selama Pandemi Covid-19


Datangnya Wabah Covid-19 tidak hanya menyerang pertahanan system imun tubuh manusia, namun menyerang semua lini kehidupan, ekonomi, sosial, bahkan pendidikan.

Sektor pendidikan formal, yang biasanya dilakukan dengan pembelajaran tatap muka di sekolah harus ditiadakan dan peserta didik harus belajar di rumah masing-masing, istilah kerennya School From Home (SFH).

Dengan tidak adanya pertemuan tatap muka, maka pihak sekolah dan Guru berupaya untuk melakukan pembelajaran daring atau KBM online. Namun upaya tersebut tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada. Walaupun sekarang ini telah banyak aplikasi yang mendukung pembelajaran daring, seperti halnya melalui WA grup, google classroom, edmondo, memanfaatkan G-form,  Quiziz, bahkan bisa melakukan tatap muka online dengan ZOOM.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah media-media online tersebut Efektif digunakan untuk pembelajaran  di rumah?

Walaupun telah ada berbagai aplikasi ataupun media pembelajaran online, peran serta orang tua sangat penting mendampingi anak belajar dari rumah dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Dan dari kejadian ini juga terdapat hikmah, orang tua menjadi memahami peran Guru dalam pembelajaran secara online di rumah.

Ketika di sekolah Guru dapat memantau secara langsung proses belajar siswa didiknya, namun ketika di rumah, orang tualah yang bertanggung jawab memantau. Sebisanya membuat anak disiplin dalam pembelajaran dengan mengingatkan waktu, jika diperlukan orang tua dapat membuatkan jadwal belajar untuk anaknya, serta mendampingi secara langsung proses belajarnya. Dan memastikan anaknya tidak mengalami kebosanan.

Pertanyaan muncul kembali ketika orang tua masih harus bekerja di masa pandemi atau jika sang anak telah di sekolah menengah, dan kemampuan orang tua terbatas dalam pendampingan pembelajaran. Orang tua bukanlah orang yang serba tahu segalanya. Maka peran orangtua dalam mendampingi bukanlah membantu mengerjakan tugas anaknya, namun menjalin relasi dengan membangun komunikasi positif, senantiasa memberi motivasi dan menjembatani hubungan anak dengan gurunya.

Apakah masalahnya hanya sampai disini?

Lalu bagaimana dengan anak yang di daerahnya terkendala jaringan? Lalu bagaimana dengan anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah yang tidak terfasilitasi Android atau perangkat daring lainnya?

Salah satu solusi sesuai dengan pemikiran saya adalah pembelajaran secara berkelompok, dengan teman yang rumahnya terdekat, tanpa mengabaikan procedural pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Tetap memakai masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak dengan menghindari kerumunan lebih dari 5 orang. Bagaimana jika mereka tidak duduk di kelas yang sama? Menurut saya tak masalah, karena pembelajaran di masa seperti ini harusnya tidak terbatas ruang kelas. Dan dari hal ini juga akan menumbuhkan kerja sama dan kreativitas berbagi dan menemukan solusi bersama.

Dengan belajar kelompok, anak didik dapat saling bertukar fikiran, sharing, saling membantu dalam menelaah permasalahan dalam belajar. Ingat bahwa ilmu saling berhubungan sama lain dan saling mendukung. Kita bisa belajar Bahasa Indonesia, ilmu sosial dan ilmu sains sekaligus ketika dihadapkan pada permasalahan dalam kehidupan nyata.  

Lalu apa peran seorang Guru?

Guru adalah fasilitator, dengan adanya peniadaan tatap muka, maka seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih sarana pembelajaran yang sesuai untuk anak didiknya masing-masing. Walaupun jarak jauh, seorang guru ditantang untuk membangun kedekatan dengan anak didiknya. Bukan hanya sekedar memantau perkembangan penugasan yang dikumpulkan namun juga senantiasa menanyakan jika ada anak didik yang merasa kesulitan dalam belajar.

Guru juga sebagai motivator,  karena adanya wabah Covid-19 ini pastilah muncul rasa was-was, bahkan pembelajaran di rumah dengan berbagai tugas juga dapat menimbulkan stress dan kebosanan pada anak didik. Sehingga motivasi dari seorang guru sangat diperlukan agar siswa senantiasa semangat dalam belajar. Seorang guru juga harus mampu memberi contoh nyata dan mendorong anak didiknya untuk senantiasa berkarya dalam bentuk apapun sesuai dengan bakat dan minat.

Pembelajaran jarak jauh juga menuntut seorang guru agar dapat menyiapkan bahan ajar yang komunikatif dan mudah dimengerti oleh anak didiknya. Jikalau biasanya guru dapat menjelaskan dengan baik secara lisan, maka sekarang dituntut untuk dapat menjelaskan dengan baik melalui tulisan sehingga hanya dengan membaca bahan ajar yang disampaikan, siswa dapat memahami materi yang diajarkan.

Begitu juga untuk Penugasan yang diberikan. Penugasan diusahakan sesuai minat dan kondisi masing-masing anak didik, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses dan fasilitas belajar di rumah, serta difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup yang Insya Allah bermanfaat secara nyata. Jika penerapan belajar seperti yang telah saya sampaikan dapat dilaksanakan, maka penugasan berbasis proyek akan sangat cocok dilaksanakan. Proyek yang sederhana saja namun nyata, misalkan tentang pemutusan rantai penyebaran penularan covid-19. Dari proyek ini siswa dapat belajar ilmu bahasa, ilmu sosial dan sains.

Demikian sedikit ulasan saya tentang pembelajaran di rumah selama pandemic covid-19. Semoga bermanfaat.

2 komentar: