Dahsyatnya
Storytelling
Oleh Om Bud (Pak Budiman Hakim)
Resume oleh Yeni Khomaria
Pernah
suatu hari Om Bud mengajar di Laku Kopi
Bintaro. Ada salah satu pesertanya, seorang Ibu, mengaku dulu waktu kecil dia
sering didongengin. Hebatnya ibu ini masih inget cerita si Kancil yang
dibacakan orangtuanya waktu dia berusia 5 tahun. Coba bayangkan! Ibu itu
usianya 70 tahun dan masih bisa mengingat dongeng yang dia dengar 65 tahun yang
lalu. Luar biasa kan? Dan ternyata ini tidak hanya terjadi pada ibu itu tapi
dialami oleh banyak sekali orang di dunia.
Hal inilah yang membuat
pakar-pakar marketing berpikir, “Kalo iya sebuah cerita mampu menanamkan pesan sedemikian
dahsyat, kenapa cara mendongeng tidak dijadikan saja sekalian sebagai strategi
marketing?”. Setelah beliau tela’ah lebih dalam, ternyata cara menyampaikan
pesan melalui cerita memang adalah cara yang terbaik.
Ciri-Ciri
Sebuah Storytelling adalah sebagai berikut:
1. Kekuatannya
ada pada cerita. Brand sering muncul
belakangan
2. Kalaupun
brand muncul di depan kehadirannya menjadi bagian dari cerita itu sehingga
tetap tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
3. Brand
terlihat muncul seperti btw tapi sebenernya kehadirannya kuat
4. Brand
diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa
iklannya hampir gak terasa
6. SURPRISENYA TINGGI sehingga orang mau nge-share.
Sebelum membahas lebih
jauh tentang storytelling, ada baiknya dipetakan dan dipelajari macam-macam
cara orang berjualan yang sering dilakukan orang:
1.
ROUGH SELLING
Cara berjualan dengan cara kasar dan menyakiti hati konsumennya. Misalnya produk MLM, mereka mengundang orang untuk datang ke suatu tempat cuma ngasih tau bahwa ada prospek bisnis. Pas kita datang ke rumahnya, ternyata mereka jualan. Begitu juga yang terjadi pada orang yang jualan asuransi. Seringkali salesgirlnya berjualan dengan cara yang memaksa sehingga kita jadi kesel dan marah. Cara berjualan seperti ini biasanya membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.
2.
HARD SELLING
Hard selling adalah cara berjualan dengan cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan biasanya semua tentang kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya. Cara berjualan seperti ini biasanya sulit untuk dipercaya karena janjinya too good to be true.
3.
SOFT SELLING
Cara berjualan secara halus dengan tone and manner yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu saja tau bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon konsumen tapi karena tau bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk membagikan.
4.
COVERT SELLING
Covert Selling adalah
cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya. Orang tidak tau dan tidak
merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini biasanya tidak disukai oleh
Team Marketing. Karena mereka merasa apa gunanya bayar mahal-mahal kalo brandnya
disembunyikan. Padahal covert selling adalah cara yang paling ampuh agar orang
merasa tidak keberatan membagikan karena merasa itu bukan iklan.
Contoh
covert selling dapat dilihat pada link berikut:
Storytelling
Ada Di Mana Dong?
Storytelling ada di antara
soft selling dan covert selling. Storytelling ada di irisan antara soft selling
dan covert selling. Diharapkan sebuah storytelling, komunikasinya bisa halus
dan elegan seperti soft selling tapi juga sekaligus mampu mendapatkan share
sebanyak mungkin seperti covert selling.
Contoh
Storytelling Dalam Teks
Storytelling
Dalam Bentuk Image
Coba perhatikan gambar iklan tersebut.
Hanya mengandalkan gambar yang bercerita. Tidak ada satupun huruf di sana kecuali
kata-kata dalam sachet.
Memasarkan
Produk Atau Brand Di Social Media.
BRAND adalah apa yang
orang CERITAKAN tentang kita.
Jadi, apapun bisnis
kalian, konsumen harus mempunyai pengalaman unik untuk diCERITAkan pada
komunitasnya. Kalau ternyata produk kita tergolong generic, brand kita tidak
ada bedanya dengan brand competitor, maka KITA PERLU MENCIPTAKAN SESUATU
sehingga konsumen tetap mempunyai pengalaman yang menarik UNTUK DICERITAKAN.
Caranya bagaimana?
Perhatikan cerita
berikut:
Saya punya temen
namanya Iwan SJP. Dia pergi ke Starbucks mengajak seorang temennya bernama
Abigail. Seperti kita ketahui, setiap kali kita memesan kopi, baristanya akan
menanyakan nama pembeli lalu mereka tuliskan di atas cup kopi kita. Nah,
masalahnya, Barista tersebut salah menuliskan spellingnya. Iwan kecewa berat,
'Perusahaan multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?'. Karena kesal Iwan
SJP memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan mempostingnya di FB.
Iwan tidak mengetahui
bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan ejaan yang salah secara sengaja.
Starbucks sedang memberi konsumennya bahan untuk diceritakan. Tanpa disadari
orang yang terjebak itu telah menjadi brand ambassador gratisan.
Satu hal yang perlu
dicatat bahwa di era digital, orang tidak takut melakukan hal yang cenderung
negatif dalam berkomunikasi. Buat mereka mendapat liputan itu jauh lebih
penting dari nama baik. Dan strategi itu udah sangat biasa dilakukan oleh orang
di seluruh dunia baik itu artis atau politisi. Dunia digital telah
memporaporandakan tata nilai, norma sampai bahasa.
Seorang temen pernah
berkata, “Gak usah heran, Om Bud, Starbucks mah duitnya banyak. Jadi mereka
bisa dengan mudah membayar orang pinter untuk membuat strategi marketing
seperti itu. Orang Indonesia mah jangan diharepin. Boro-boro membuat strategi
seperti itu, kepikiran aja kagak.” Omongan temen saya ini salah besar. Banyak
sekali saya temukan orang-orang lokal yang membuat strategi jenius dan gak
kalah sama strategi Starbucks di atas. Dan hebatnya mereka adalah
pebisnis-pebisnis skala kecil dan menengah.
SOTO GEBRAK
Ketika kita memesan
soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang dilapis seng.
Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara yang sangat
memekakkan telinga. Hahahahaha kocak ya?
Setiap kali temen Om Bud ngajak makan siang, sering banget diajak makan di sana, terutama
yang belom pernah ke tempat itu. Kenapa diajak kesana padahal
makanannya gak begitu enak? Karena pengen mereka kaget seperti waktu Om Bud pertama
kali. Karena punya sesuatu untuk diceritakan. Pemilik soto gebrak ini menyadari bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat
untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena itu dia menciptakan gimik dan
merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya pengalaman untuk diceritakan.
Artinya, owner soto gebrak ini secara intuisi telah menciptakan strategi marketing
keren yang tidak kalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional
sekelas Starbucks.
SIOMAY PINK
Penjual siomay pink, namanya Bapak Sriyono asli dari Klaten. Warna Pink adalah warna favorit anaknya, Peksi Safira Miradalita. Pak Sriyono bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya, Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu dengan anaknya itu. Nah loh, sebuah cerita lagi, kan?
Hati Om Bud tersentuh
sekali mendengar cerita itu. Sejak itu,
setiap kali pergi ke Car Free Day, selalu makan siomay Pink. Dan beli banyak walaupun siomaynya gak
enak. TAPI KE SANA KARENA CERITANYA. Luar biasa kan pengaruh sebuah CERITA?
Teknologi Digital
memang telah melakukan disruption luar biasa. Semua peradaban berubah. Suka tidak suka
kita harus menerimanya. Jadi intinya adalah di dunia digital bukan
tentang positif atau negatif. Tapi yang penting mendapatkan liputan sebanyak
mungkin sehingga makin dikenal oleh masyarakat luas.
Dapat disimpulkan bahwa
kita bisa menceritakan sesuatu dari yang kita lihat walaupun itu tidak ada
keterangan apapun, menemukan informasi yang tersirat dan menuangkan dalam
tulisan itulah yang dikenal dengan STORYTELLING.
JADI SIAPKAH KAMU
BERCERITA?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar