Minggu, 17 Mei 2020

Jangan Sedih Ketika Bukumu diTolak Penerbit Mayor

Sesuai jadwal, seharusnya pada pertemuan hari Jumat, 15 Mei 2020, WA grup Belajar Menulis terjadwalkan pemateri bapak Edi Arham, tentang Pengalaman Mengajar di Daerah 3T. Namun karena narsum pak Edi Arham berhalangan hadir karena ada rapat mendadak, maka omjay yang langsung menjadi nara sumbernya dengan tema Ketika Bukumu diTolak Penerbit Mayor.

Omjay adalah nama keren dari bapak Wijaya Kusumah penggagas pembelajaran menulis online melalui WA grup ini. Omjay yang sangat menginspirasi karena disela kesibukannya yang sangat padat masih berkenan membagi ilmu, sharing, menjadi admin grup Belajar Menulis yang sekarang sudah berbanyak gelombang (aku masuk di gelombang 10). Dan hebatnya lagi dalam proses pembelajaran ini, beliau tidak menarik bayaran sepeserpun, alias gratis.

Kapan lagi coba, dapat ilmu yang bermanfaat dan gratis pula.

Yang belum kenal Omjay bisa kenalan dulu lewat link https://www.youtube.com/watch?v=2JVLTF1rApo

Pada kesempatan kali ini Omjay beragi pengalamannya tetang DITOLAK…

Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada)

Ya, Omjay juga pernah ditolak oleh penerbit mayor, tapi beliau adalah orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku beliau ditolak para penerbit mayor, beliau tidak putus asa. Beliau menerimanya dengan lapang dada. Beliau menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit. Semangat yang beliau tularkan. “Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.”

Beliau perbaiki tulisan, membaca kembali, minta teman yang beliau percaya untuk memberikan masukan. Hasilnya buku beliau menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati. Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya. Beliau sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang beliau susun. Dengan begitu buku yang beliau susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku beliau langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Dan jika terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.

Beliau jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Beliau perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Beliau pantang menyerah. Beliau belajar dari penolakan. Beliau pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah beliau akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.

Saat itu beliau semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah.

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini.

Berikut ini salah satu buku Omjay yang diterbitkan penerbit mayor, beserta besarnya royalty yang diterima


Berikut ini contoh buku yang ditolak, namun karena perbaikan yang dilakukan dengan semangat pantang menyerah, akhirnya berhasil diterbitkan dan dapat membawa keliling Indonesia.


NOTE:

Mulailah menulis segera, jangan takut gagal, Jika gagal segera bangkit lagi, cari akal untuk memperbaiki. Semangat untuk terus menulis, karena dengan menulis kita bisa mengikat ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar