Menurut Sisdiknas,
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kualitas
sumber daya manusia, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya
produktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa, agar generasi muda dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka perlu ada solusi untuk memperbaiki
ketidakefektifan belajar yang dikarenakan faktor alam seperti bencana alam atau
peristiwa luar biasa (Pandemi Virus Covid-19), salah satu solusi tersebut
adalah pelaksanaan pembelajaran secara blended
learning.
Dalam Pengembangan Blended Learning Berbasis Handphone (BLISH), diadaptasi dari The Systematic Design of Instruction (8th ed) karya Dick and
Carey, secara umum Proses perancangan desain pembelajaran terdiri
dari 11 langkah sebagai berikut:
1) Kita
perlu mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari
siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari
lebih lanjut
2) Berdasarkan
data yg didapat dari langkah 1 selanjutnya kita perlu membuat identifikasi
kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran / bahan yng akan kita rancang
3) Berdasarkan
data langkah 2 selanjutnya kita mulai membuat analisis
instruksional/pembelajaran mata pelajaran yang akan kita rancang
4) Seorang
perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristik peserta didik yang akan menjadi
target atau pemakai buku yg kita rancang
5) Membuat
rumusan tujuan instruksional khusus (penggunaan istilah instruksional disini berdasarkan
sumber asli yg di karang oleh Dick & Carrey yaitu instructional)
6) Melakukan
penyusunan TES
7) Membuat
perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal
ini salah satunya merancang pembelajaran secara blended learning)
8) Mengembangkan
dan memilih bahan instruksional. Bahan pembelajaran yang dirancang dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal
perancangan bahan pembelajaran (Buku) dapat digunakan teori Rothwel dan untuk
bahan online bisa menggunakan teori hannafin)
9) Setelah
draft bahan tersedia (langkah 8) selanjutnya perlu dilakukan revisi untuk
langkah selanjunya
10) Melakukan evaluasi
formatif terhadap draft pembelajaran sebagai berikut:
a. one-to-one expert dengan melibatkan 4
orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Materi, pakar bahasa);
b. One-to-one learner (melibatkan 3 orang
siswa yang berasark dari siswa peringkat atas, menengah dan bawah);
c. Evaluasi Small group (melibatkan sekitar
9 siswa yang berasakl dari kelompok, menengah dan bawah);
d. Field trial yaitu tahap uji coba luas
dengan melibatkan siswa sekitar 30 siswa
yang berasal dari kelompok Atas, menengah dan bawah.
e. Setiap
tahapan mulai evaluasi one-to-one,
evaluasi small group akan menghasilkan
namanya draft bahan pembelajaran dan setelah field trial baru dinamakan prototipe
bahan pembelajaran.
11) Khusus
untuk langkah yang terakhir Evaluasi Sumatif sifatnya tidak harus dilakukan
dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain.
Sedangkan
untuk buku pembelajaran yang dirancang untuk keperluan penerbit bisanya pihak
penerbit sudah mempunyaio format/standar tertentu. Sehingga jika penulis ingin
memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yg digunakan
harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.
Hal
menarik dari model Blended Learning
Berbasis Handphone (BLISH) ini adalah:
1. Pembelajaran
memadukan antara pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran online
yang dilengkapi dengan pedoman utk guru, dan siswa.
2. Pembelajaran
bisa berlangsung setiap saat.
3. Guru
dapat mengendalikan pembelajaran.
4. Penugasan
dapat dikirim ke web pembelajaran.
5. Ujian
dapat dilaksanakan secara online.
Kesimpulan:
Rancangan Pengembangan Blended Learning Berbasis
Handphone (BLISH) secara garis besar
dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu analisis (langkah 1 sampai 4), desain dan
pengembangan (langkah 5 sampai 8) dan Evaluasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar