Jumat, 01 Juli 2022

Pembelajaran Berdiferensiasi Terintegrasi Pembelajaran Sosial Emosional

 

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

TERINTEGRASI PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

YENI KHOMARIA

CGP ANGKATAN 4 KAB. PATI

I.          Latar Belakang

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Maka dari itu, pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu: kesiapan belajar (readiness), minat murid dan profil belajar murid.

Pembelajaran Sosial Emosional dapat diartikan sebagai pembelajaran kolaboratif yang melibatkan seluruh pihak terkait yang bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik agar dapat memahami, mengolah, dan mengekspresikan aspek sosial dan emosional pada diri peserta didik agar sukses melakukan dalam melakukan berbagai macam aktifitas hidup seperti belajar, membangun hubungan, menyelesaikan masalah sehari-hari, dan beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan perubahan dan perkembangan. Pembelajaran Sosial Emosional dalam kerangka CASEL ini mencakup 5 komponen yaitu: Kesadaran Diri (Self Awareness), Pengelolaan Diri (Self Management), Kesadaran Sosial (Social Awareness), Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills), Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).

Pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan pemahaman lebih dari seorang guru dari profil siswa dan juga memahami bagaimana seorang guru memetakan kemampuan siswa sesuai bakat minat mereka. Hal ini membuat seorang guru lebih mendalam mengenal siswa secara emosional. Oleh karena itu dalam penerapannya di dalam pembelajaran guru juga tentunya dapat menerapkan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam PSE dengan baik. Begitu pula dengan murid, jika kompetensi Sosial-Emosional (KSE) murid berkembang, maka aspek akademik merekapun berkembang. Harapan dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosial adalah terciptanya merdeka belajar dan student well being.

 

II.       Tujuan

1.      Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir semua kebutuhan belajar murid.

2.      Menerapkan pembelajaran sosial emosional yang melatih kompetensi sosial emosional peserta didik sehingga tercapai keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional.

3.      Menciptakan merdeka belajar dan student well being di dalam kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya.

 

III.    Tolok Ukur

1.      Guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid.

2.      Guru dan murid secara konsisten menerapkan kompetensi-kompetensi yang terdapat dalam PSE dengan baik.

3.      Tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal sesuai dengan potensi murid.

4.      Tercipta merdeka belajar (student well being).

 

IV.    Tindakan Aksi Nyata

Untuk mengetahui kebutuhan belajar murid, dilakukan dengan metode observasi (pengamatan secara langsung keseharian murid dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya) dan metode angket melalui https://akupintar.id/tes-gaya-belajar berupa penilaian diri yang melibatkan murid untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar (minat dan profil) mereka selama ini.

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi Terintegrasi Kompetensi Sosial Emosional yang sesuai dengan hasil pemetaan kebutuhan belajar murid yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam RPP yang dibuat juga dicantumkan teknik pembelajaran kompetensi sosial dan emosional yang digunakan.

Sebagai calon guru penggerak dalam rangka melaksanakan aksi nyata Pembelajaran Berdiferensiasi Terintegrasi Kompetensi Sosial Emosional maka ada beberapa langkah yang dilakukan, yaitu:

1.      Meminta dukungan stakeholder melalui koordinasi dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum

2.      Membuat RPP Pembelajaran Berdiferensiasi Terintegrasi Kompetensi Sosial Emosional

3.      Membuat keyakinan kelas yang disepakati bersama dengan siswa

4.      Melakukan refleksi setelah pelaksanaan pembelajaran oleh siswa dan guru.

 

V.       Hasil Aksi Nyata

Hasil pengisian angket tentang profil belajar siswa secara online, yang screenshot hasil pengisian angket tersebut dikirimkan melalui Whatsapp.


Gambar 1. Hasil pengisian angket profil belajar murid

Dari hasil pengisian angket tersebut dilanjutkan dengan pemetaan kebutuhan belajar, dan menentukan bentuk pembelajaran berdiferensiasi yang akan digunakan.


Gambar 2. Rencana kegiatan berdiferensiasi

Setelah itu juga menentukan teknik pembelajaran kompetensi sosial dan emosional yang digunakan, meliputi KSE kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dilanjutkan dengan pembuatan RPP lengkap yang disertai lembar penilaian dan lembar kerja murid yang nantinya digunakan pada saat pembelajaran. (RPP terlampir)

https://drive.google.com/file/d/1S60i9KG12SpKKrGn4jYWdCXwJTvZECXJ/view?usp=sharing.

Setelah proses pembelajaran selesai maka murid diminta mengisi jurnal refleksi (dapat dilihat di Gambar 3), begitu pula guru juga melakukan refleksi dari semua proses mulai dari perencaan hingga hasil pembelajaran (dapat dilihat pada video) https://youtu.be/JxnSryAL2FE.


Gambar 3. Beberapa hasil pengisian jurnal refrleksi murid

 

 

Minggu, 26 Juni 2022

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut Pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan pengajaran adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat.

Sesuai dengan pemikiran tersebut sebagai seorang pendidik, kita hanya dapat menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dan seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak) atau dapat dikatakan menerapkan merdeka belajar. Namun merdeka belajar yang dimaksud bukan berarti kebebasan mutlak, tetapi perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.


Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, para pendidik harus terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada, namun tetap perlu menyelaraskan dengan meninjau hal baiknya. Seperti halnya digaungkannya Revolusi Industri 4.0 sekarang ini, maka sebagai seorang guru kita harus membekali keterampilan yang benar-benar dibutuhkan oleh siswa agar mereka dapat menyesuaikan diri, berkarya, berkompetisi dan bertahan hidup. Dan sebagai seorang pendidik, kita juga harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti.

Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Pemikiran-pemikiran tersebut telah saya coba terapkan di kelas dengan penggunaan metode-metode pembelajaran yang menarik, yang berorientasi pada siswa serta membangkitkan ketrampilan serta berfikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu didukung program sekolah dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang mengembangkan kecakapan ketrampilan yang siswa butuhkan dan belum ada dalam tuntutan kompetensi dalam kurikulum. Serta pembiasaan-pembiasaan yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter serta budi pekerti seperti 5S, pembacaan Asmaul Husna sebelum pembelajaran dimulai dan shalat berjamaah.

Harapan dan Ekspektasi

Setelah mempelajari modul ini, saya berharap bisa lebih menghayati pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dan benar-benar menerapkannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Dan berharap bahwa pemikiran-pemikiran tersebut diimplementasikan oleh segenap kompenen pendidik serta tenaga kependidikan yang ada di sekolah, sehingga tidak timpang dan saling bersinergi. Hal ini juga dapat diaplikasikan dalam penentuan visi dan misi sekolah serta seluruh program sekolah.

Dengan benar-benar mengimplementasi pemikiran Ki Hajar Dewatara ekspektasi saya, siswa akan memiliki kemampuan yang komplit baik itu dalam pola pikir, pengambilan keputusan, ketrampilan serta berbudi pekerti yang baik. Sehingga nantinya akan membangun masa depan Indonesia menjadi lebih baik.


Kamis, 16 Juni 2022

PROGRAM “BU GELIS” (Budaya Gerakan Literasi Sekolah)

 3.3.A.10 AKSI NYATA

PROGRAM “BU GELIS”

(BUdaya GErakan LIterasi Sekolah)

YENI KHOMARIA

CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN PATI

 

1.         Latar Belakang

Literasi merupakan istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu, yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Kemampuan membaca untuk mengambil kesimpulan dan dalam pemecahan masalah memiliki dampak setiap harinya dalam kehidupan. Jika memiliki tingkat literasi yang tinggi, maka akan lebih besar kemungkinan memiliki kesempatan untuk membuat hidup lebih baik, kesempatan untuk membuat keluarga kita lebih baik, kesempatan untuk membuat kota bahkan negara Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Literasi dapat membuat perubahan, memiliki dampak yang besar, dengan segala pertanyaan yang ada.

Era digital sekarang ini menjadikan kita berada pada banjirnya informasi. Namun, minim informasi yang benar-benar berkualitas dan bermanfaat. Dan rendahnya minat baca yang diakibatkan oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah kurangnya lingkungan untuk membaca dan berdiskusi. Maka pembudayaan literasi ini sangat penting demi mewujudkan SDM dari suatu negara yang unggul.

 

2.         Tujuan

Dilakasanakannya Program “Bu Gelis” memiliki tujuan sebagai berikut:

·         Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah sehingga dapat meningkatkan kapasitas warga sekolah agar literat

·         Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila

·         Menumbuhkan minat baca murid serta meningkatkan keterampilan membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat

·         Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan

 

3.         Deskripsi Aksi Nyata

Program “Bu Gelis” (Budaya Gerakan Literasi Sekolah) dirancang untuk kegiatan berkelanjutan, mencakup semua kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah, diantaranya adalah:

·         Pengaktifan kembali mading (majalah dinding) sekolah yang selama masa pandemi tidak terjamah

·         Pembuatan pojok baca yang membuat murid nyaman untuk membaca ataupun berdiskusi dengan teman (bertahap rencana di tahun ajaran baru akan digalakkan di masing-masing kelas)

·         Pembuatan mural dinding, salah satu kegiatan literasi terapan sekaligus mengisi kegiatan class meeting di jeda semester

 

4.         Hasil Aksi Nyata

Sebelum masa pandemi telah ada papan mading (majalah dinding) yang ada di beberapa spot di sekolah, namun karena masa pandemi mading menjadi terbengkalai. Maka dari itu, untuk menumbuhkan kembali budaya literasi sekolah pengisian majalah dinding digiatkan kembali. Karena masa jeda yang cukup pendek, dan berdasarkan suara (voice) serta kesepakatan dengan murid (choice) pengisian mading dilakukan di spot tertentu di sekolah. Rencana di tahun ajaran baru diharapkan setiap kelas memiliki mading sendiri sebagai sarana mengeksplorasi kreatifitas murid, baik itu dalam menulis artikel, menulis puisi, menggambar, membaca, dll.




 

Masa pandemi yang cukup lama berlangsung dan kegiatan PTM yang tertunda memanglah cukup berdampak pada murid, terutama pada minat baca. Maka untuk memfasilitasi dan menumbuhkan kembali minat baca tersebut, ditata kembali pojok baca yang nyaman untuk membaca ataupun berdiskusi dengan teman. Kegiatan ini berkolaborasi  dengan pustakawan yang merasa semangat untuk membuat murid senang berkunjung ke perpustakaan. Rencana di tahun ajaran baru diharapkan setiap kelas juga memiliki pojok baca tempat bertukar referensi atau buku yang diharapkan juga rasa tanggung jawab terhadap kepemilikan mereka.



Salah satu kegiatan class meeting di jeda semester ini adalah membuat mural dinding yang merupakan literasi terapan. Tema yang diangkat dalam kegiatan mural dinding ini adalah Profil Pelajar Pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, dan berkebinekaan global). Setiap kelompok mengangkat salah satu tema sesuai Profil Pelajar Pancasila. Setelah mendapat tema yang sesuai, murid menyuarakan ide mereka (voice) kemudian membuat kesepakatan dengan anggota kelompok ide mana yang dipilih (choice), kemudian kesepakatan tersebut dituangkan dengan gambar di dinding yang dilakukan dengan semangat dan rasa tanggung jawab untuk bisa menyelesaikan tepat waktu (ownership).




 

5.         Refleksi

·         Peristiwa

Telah secara detail saya jelaskan pada poin sebelumnya.

·         Perasaan

Banyak tantangan yang saya hadapi pada pelaksanaan aksi nyata di modul 3 ini dikarenakan harus pindah tugas ke sekolah baru. Penyesuaian diri dengan lingkungan baru dan orientasi untuk melihat asset serta potensi yang dimiliki oleh sekolah menjadi modal untuk perencanaan aksi nyata yang akan saya lakukan. Namun karena asset yang dimiliki oleh sekolah baru sangat potensial untuk mengembangkan program yang berdampak pada murid menjadikan perencanaan program terasa lebih mudah. Setelah berdiskusi dengan rekan sejawat yang ada di sekolah dan orientasi Kepala Sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang merdeka, maka saya merencanakan program Bu Gelis (Budaya Gerakan Literasi Sekolah).

·         Pembelajaran

Banyak pembelajaran yang saya dapatkan dalam modul 3 ini, terutama dalam melihat asset yang dimiliki oleh sekolah untuk mengembangkan program yang berdampak pada murid. Dan sempat terhentinya PTM karena masa pandemi banyak program yang dulunya ada menjadi terhenti dan terbengkalai. Sehingga perlu adanya koordinasi dan kolaborasi dalam penggalakan program baru demi kepentingan bersama dan mengembangkan potensi murid.

Program Literasi ini dianggap perlu karena dapat membuat perubahan dan memiliki dampak yang besar, karena mencakup hal yang kompleks meliputi: membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu, yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan murid sangat antusias terhadap semua program yang ada meliputi pembuatan mading, pojong baca dan mural dinding.

·         Penerapan ke Depan

Rencana ke depan di tahun ajaran baru diharapkan setiap kelas memiliki mading dan pojok baca sendiri sebagai sarana mengeksplorasi kreatifitas murid, baik itu dalam menulis artikel, menulis puisi, menggambar, membaca, dll.

Selain itu saya juga akan berkolaborasi dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait demi menciptakan budaya literasi untuk seluruh ekosistem sekolah.

Rabu, 18 Mei 2022

Pengambilan Keputusan Berbasis Aset

 


Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan .

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1. Modal Manusia

    • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
    • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
    • Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

 2. Modal Sosial

    • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
    • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
    • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

 3. Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

    • Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
    • Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

 4. Modal Lingkungan/alam

    • Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
    • Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

 5. Modal Finansial

    • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
    • Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
    • Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

 6. Modal Politik

    • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
    • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

 7. Modal Agama dan budaya

    • Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
    • Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
    • Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
    • Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
    • Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.


Rabu, 11 Mei 2022

3.2.a.4.2. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pembelajaran

 

  • Jawaban Kasus 1 : 

Saya melihat kasus Ibu Lilin lebih cenderung memandang kondisi yang terjadi di kelas Berbasis pada kekurangan peserta didik. Dimana karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen merupakan sesuatu kekurangan yang menyebabkan sulitnya materi dapat tersampaikan kepada peserta didik serta sulitnya peserta didik memahami penjelasan materi dari Ibu Lilin. Selain itu, kondisi kelas yang susah dikendalikan  merupakan masalah yang sangat mengganggu terhadap konduktifitas pembelajaran yang dilakukan. Akibat dari selalu melihat dari kekurangan menyebabkan munculnya ketidaknyamanan secara emosional dari Ibu Lilin seperti mudah marah dan kelelahan yang memunculkan ketidaksukaan dari murid-muridnya.

Sebagai kepala sekolah, saya akan menawarkan coaching kepada Ibu Lilin. Dalam proses coaching tersebut saya gali dengan pertanyaan reflektif agar Bu Lilin dapat mengenali kekuatan dan menggali potensi yang dimilikinya sehingga dapat digunakan secara optimal dalam proses pembelajaran. Selain itu, saya juga akan berbagi wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yang mungkin akan menjadi salah satu referensi bagi Bu Lilin.

  • Jawaban Kasus 2 : 

    Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat melihat kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, dan mengoptimalkan kemampuan tersebut serta dapat berbagi dengan banyak komunitas agar lebih bermanfaat.

    Apabila saya menjadi kepala sekolah, saya juga akan memberikan saran yang sama kepada pak Pupur. Dengan segala kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Pak pupur, bisa menjadi modal untuk lulus menjadi pengawas sekolah. Jika Pak Pupur Lulus, banyak harapan kepadanya untuk memberikan perubahan positif terhadap ekosistem pendidikan tidak hanya di lingkup sekolahnya sendiri namun juga lingkup banyak sekolah dibawah kepengawasannya, sehingga hal ini bisa menjadi agen perubahan dan perbaikan terhadap mutu pendidikan secara lebih luas. Maka dari itu, saya akan mensupport dan memotivasi Pak Pupur agar bersedia mengikuti seleksi calon pengawas sekolah dengan semangat dan percaya diri.


    Senin, 25 April 2022

    3.1.a.10 Aksi Nyata - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

     

    3.1.a.10 Aksi Nyata - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

    Yeni Khomaria_CGP Angkatan 4

    Kabupaten Pati


     

    Peristiwa (Facts)

    Pandemi Covid’19 telah mengubah tatanan baik pola belajar, sikap, dan semangat murid. Aktivitas belajar juga menurun dan tata krama jauh dari profil pelajar Pancasila. Karena pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (daring) murid terlalu sibuk dengan Handphone, tetapi lebih banyak untuk bermain game atau media sosialnya, bukan untuk belajar. Pembelajaran jarak jauh juga menjadikan kontrol belajar murid menjadi lemah, apalagi rata-rata murid di sekolah tempat saya mengajar, tidak terpantau secara maksimal oleh orang tuanya. Orang tua hanya sekedar tahu jika anaknya sekolah daring (online), tanpa mengecek apa yang sebenarnya dikerjakan si anak. Selama melakukan pembelajaran daring, saya menggunakan media WhatsApp Grup, google classroom dan google meet. Namun itu semua tetap saja tidak berdampak signifikan terhadap motivasi dan prestasi peserta didik.

    Sekarang ini proses pembelajaran sudah diberlakukan kembali tatap muka seperti biasa, hal tersebut menjadi dilema dimana saya sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu membuat keputusan yang tepat untuk mengembalikan semangat,motivasi,sikap dan prestasi peserta didik.

    Saya mencoba mengambil keputusan berdasarkan materi pada modul 3.1 yang sudah saya pelajari. Paradigma yang terjadi dalam kasus tersebut diatas adalah jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), kemudian prinsip yang saya ambil yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), saya mencoba menggunakan 9 langkah untuk pengambilan dan pengujian keputusan yang akan diambil sehingga dapatlah sebuah keputusan yang tepat yaitu dengan cara melakukan pembelajaran yang kreatif, inovatif dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk meningkatkan semangat ,motivasi dan meningkatkan kembali prestasi belajar, kemudian menerapkan budaya positif sekolah dengan membiasakan kembali pembacaan Asmaul Husna sebelum pembelajaran dimulai dan shalat Dhuhur berjamaah sebagai upaya menanamkan nilai-nilai budaya positif. Selain itu juga mencoba berkomunikasi dengan wali murid dengan bantuan wali kelas tentang permasalahan belajar murid.


    Perasaan (Feelings)

    Saya sebagai pemimpin pembelajaran merasa tertantang dan termotivasi untuk melakukan suatu keputusan sebagai bentuk solusi atas permasalahan yang terjadi pada peristiwa tersebut dengan menggunakan materi serta langkah-langkah yang sudah dipelajari pada modul 3.1 ini sehingga, keputusan yang saya ambil tepat dan dapat memenuhi segala kebutuhan peserta didik.



    Pembelajaran (Findings)

    Dalam proses pembelajaran ini saya berkoordinasi dengan kepala sekolah dan mengajak  rekan guru untuk bersama-sama membangun kembali motivasi belajar peserta didik yang selama ini menurun akibat pembelajaran daring yang disebabkan pandemic Covid-19. Pada tahap inilah saya dapat mengetahui kendala, hambatan dan solusi yang tepat atas permasalahan yang terjadi sehingga nanti didapat formulasi yang tepat untuk mengatasi  masalah ini. Dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah-langkah pada materi modul 3.1 membantu  saya dalam mengambil keputusan yang tepat.

    Penerapan ke Depan (Future)

    Setelah mendapatkan keputusan yang tepat saya mencoba menerapkan solusi dari permasalahan tersebut secara rutin dan melakukan kolaborasi bersama seluruh warga sekolah guna memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang dapat meningkatkan semangat,motivasi,sikap dan prestasi secara berkelanjutan dan terintegrasi dalam proses pembelajaran.

    Ada dua kebenaran yang ada, adalah benar jika saya menerapkan pembelajaran yang kreatif sebagai bentuk solusi untuk meningkatkan kembali motivasi belajar murid. Dan benar juga jika saya menerapkan budaya positif karena dapat membantu membentuk sikap murid dengan menanamkan nilai-nilai kebajikan universal yang berguna untuk kehidupannya.

    Paradigma yang terjadi pada kasus ini adalah jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), dan prinsip yang diambil yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking).

    Yang terlibat dalam situasi ini yaitu saya selaku pemimpin pembelajaran, murid, rekan guru, kepala sekolah dan wali murid/keluarga.